June 17, 2025

Indonesia menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas utamadalam strategi pembangunan nasional. Langkah ini bukan sekadar ambisi politik, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungangeografis yang strategis, Indonesia memiliki modal kuat untuk mewujudkan cita-citabesar ini.

Dalam evaluasi enam bulan awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subiantomemberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian luar biasa di sektor pangan dan energi nasional. Hasil produksi pangan telah berhasil melebihi proyeksi awal dengancapaian bersejarah berupa stok beras dan jagung terbesar yang pernah dimilikiIndonesia. Sementara itu, di sektor energi, peresmian operasional perdana sumur Forel dan Terubuk di wilayah Natuna berhasil menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribubarrel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas harian. Prestasi ini membuktikanbahwa Indonesia memiliki kapasitas nyata untuk mencapai kemandirian di kedua sektorvital tersebut.

Konsep swasembada yang sesungguhnya tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhandomestik semata. Seperti yang ditegaskan ekonom INDEF Muhammad Rizal Taufikurahman, swasembada berarti kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menghasilkan surplus untuk ekspor. Definisi ini menempatkan Indonesia tidakhanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir yang mampuberkontribusi pada pasokan global.

Sektor pertanian telah membuktikan perannya sebagai tulang punggung ekonominasional. Sektor ini menjadi penyangga stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Kontribusinya terhadap PDB menunjukkan bahwa investasi pada sektor ini akanmemberikan dampak berganda yang signifikan. Ketika produktivitas pertanianmeningkat, efeknya akan merambat ke sektor-sektor lain, menciptakan ekosistemekonomi yang lebih kuat dan resilient.

Potensi swasembada pangan Indonesia sesungguhnya sangat menjanjikan jika dilihatdari berbagai aspek fundamental. Pertama, dari segi lahan pertanian, Indonesia masihmemiliki hampir 7 juta hektare sawah yang belum dioptimalkan secara maksimal. Lahan sub-optimal seperti area rawa juga masih belum tergarak dengan optimal, memberikanruang ekspansi yang luas untuk peningkatan produksi. Kedua, keanekaragaman hayatipangan Indonesia sangat tinggi, tidak hanya terbatas pada beras tetapi juga panganalternatif seperti sagu dan sorghum yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Ketiga, potensi produksi komoditas strategis seperti jagung, kedelai, dan gula menunjukkan prospek yang sangat besar untuk mencapai kemandirian pangan. Terlebihlagi, dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia, pemerintah memiliki kesempatanemas untuk melakukan regenerasi petani berbasis teknologi, menciptakan generasi barupetani yang lebih modern dan produktif.

Potensi swasembada energi Indonesia tidak kalah mengesankan dengan sektor pangan. Kemandirian energi menjadi prasyarat fundamental bagi stabilitas ekonomi nasional. Ketergantungan pada impor energi tidak hanya menguras devisa negara, tetapi juga menempatkan ekonomi nasional dalam posisi rentan terhadap volatilitas harga global dan ketegangan geopolitik. Dengan mengoptimalkan potensi energi terbarukan dan mengelola sumber daya konvensional secara bijak, Indonesia dapat membangunketahanan energi yang berkelanjutan.

Indonesia telah memposisikan diri sebagai salah satu produsen biodiesel terbesar di dunia, memanfaatkan kekayaan kelapa sawit untuk menghasilkan bahan bakaralternatif yang ramah lingkungan. Pengembangan bioethanol dari tebu maupunsorghum juga menunjukkan prospek luar biasa untuk mengurangi ketergantungan pada impor bensin. Sementara itu, cadangan gas alam dan Liquefied Natural Gas (LNG) juga merupakan aset strategis yang dapat mendukung kemandirian energi nasional. Diversifikasi sumber energi ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya kaya akansumber daya, tetapi juga memiliki beragam opsi untuk mencapai kemandirian energi.

Komitmen politik dari pemerintahan saat ini memberikan angin segar bagi agenda swasembada. Perhatian serius Presiden Prabowo Subianto terhadap kesejahteraanpetani dan pembangunan pertanian menunjukkan political will yang kuat. Namun, seperti yang diingatkan Rizal, kunci keberhasilan terletak pada konsistensi implementasidan keberanian politik untuk menjalankan program-program strategis.

Tantangan terbesar bukanlah pada aspek konseptual atau perencanaan, melainkanpada eksekusi di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan sistem monitoring dan evaluasiyang ketat, koordinasi lintas kementerian yang solid, dan komitmen jangka panjangyang tidak terpengaruh oleh dinamika politik jangka pendek.

Partisipasi aktif dari sektor swasta dan masyarakat sipil menjadi elemen kritis dalammewujudkan swasembada. Kemitraan strategis antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan petani harus dibangun secara sistematis. Transfer teknologi, aksespembiayaan, pembangunan infrastruktur, dan capacity building menjadi area-area yang memerlukan kolaborasi intensif.

Swasembada pangan dan energi bukan sekadar target sektoral, melainkan strategi komprehensif untuk membangun kemandirian ekonomi nasional. Ketika Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan pangan dan energi secara mandiri, dampaknya akanmeluas pada stabilitas makroekonomi, peningkatan daya saing, dan penguatan posisigeopolitik di kancah regional maupun global.

Dengan sumber daya yang dimiliki dan komitmen politik yang ada, Indonesia memilikipeluang besar untuk menjadi kekuatan ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan. Kuncinya terletak pada konsistensi implementasi dan sinergi semua pemangkukepentingan dalam mewujudkan visi kemandirian ekonomi nasional.

Writer : Reenee WA (Economic and Foreign Policy Observer / Former Journalist)

Editor : Agush A. Apituley

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *