June 17, 2025
Gemini_Generated_Image_9za4ai9za4ai9za4

Oleh: Hana Lestari )*

Pemerintah terus memperkuat strategi hilirisasi sumber daya alam sebagai langkahstrategis dalam meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri. Hilirisasi tidak hanyaditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, tetapi juga untuk mendorong kemandirian industri nasional, memperluas penciptaan lapangankerja, serta memperkuat struktur ekonomi Indonesia agar lebih berdaya saing secaraglobal.

Upaya tersebut terlihat nyata dalam kebijakan hilirisasi sektor pertambangan yang kinimenjadi prioritas utama. Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID, melalui anakusahanya seperti PT Vale Indonesia Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk, sedangmembangun fasilitas pengolahan nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) di Sorowako dan Morowali. Teknologi ini dirancang untuk mengolah bijih nikellaterit berkadar rendah, khususnya jenis limonit, menjadi bahan baku utama bateraikendaraan listrik, yaitu Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Corporate Secretary MIND ID, Pria Utama, menjelaskan bahwa penerapan HPAL menjadi bukti bahwa Indonesia mampu memanfaatkan teknologi canggih yang ramahlingkungan. HPAL memanfaatkan panas dan tekanan tinggi serta asam sulfat untukmengekstraksi nikel dan kobalt. Keunggulan dari teknologi ini tidak hanya terletak pada kemampuannya mengolah bijih nikel yang sebelumnya belum dimaksimalkan, tetapijuga pada efisiensinya dalam penggunaan energi dan rendahnya emisi karbon yang dihasilkan.

Penerapan teknologi HPAL menjadi tonggak penting dalam penguatan rantai pasokindustri nikel nasional yang efisien dan berkelanjutan. Selain mendukung pertumbuhanekonomi hijau, produk hasil hilirisasi ini akan menjadi komponen krusial dalamakselerasi transisi energi dan elektrifikasi transportasi, sejalan dengan kebijakan energibersih yang tengah digalakkan pemerintah.

Di sektor lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga secara aktifmendorong hilirisasi batubara. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Tri Winarno, menekankan bahwa Indonesia memiliki cadangan batubara yang mencukupi hinggaenam dekade mendatang. Dalam konteks ini, pemerintah terus memfasilitasi proyek-proyek pengolahan dan pemurnian batubara agar menghasilkan nilai tambah lebihtinggi, sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekspor batubara mentah.

Sebagai bagian dari langkah tersebut, pemerintah telah membuka ruang bagipengembangan teknologi seperti gasifikasi dan clean coal technology, serta mendukunginisiatif studi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS). Pendekatan ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya fokuspada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan dalam setiaptahapan pengembangan energi nasional.

Keberhasilan hilirisasi juga sangat ditentukan oleh kesiapan lahan dan kepastian hukumatas ruang yang akan digunakan. Dalam hal ini, peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menjadi krusial. Wakil Menteri ATR/Wakil Kepala BPN, Ossy Dermawan, menjelaskan bahwa tata kelola pertanahandan perencanaan ruang yang matang merupakan fondasi utama dalam mendukunghilirisasi.

Kementerian ATR/BPN tidak hanya bertugas memastikan legalitas atas kepemilikanlahan, tetapi juga menjamin bahwa kawasan yang diperuntukkan bagi industri telahsesuai dengan rencana tata ruang nasional. Tanpa kepastian tersebut, investor akanmenghadapi hambatan besar dalam merealisasikan proyek hilirisasi mereka. Penyediaan lahan yang clear and clean menjadi syarat mutlak agar proses pembangunan infrastruktur industri berjalan lancar dan berkelanjutan.

Sinergi antara kementerian teknis, BUMN, dan sektor swasta dalam proses hilirisasimenunjukkan bahwa pemerintah memiliki visi jangka panjang dalam membangunstruktur industri nasional yang kuat. Pendekatan ini tidak dilakukan secara sporadis, tetapi berdasarkan perencanaan sistematis, dukungan regulasi yang progresif, sertapengawasan terhadap aspek lingkungan dan sosial.

Dengan pemanfaatan teknologi pengolahan seperti HPAL di sektor nikel, sertapengembangan energi bersih di sektor batubara, Indonesia semakin menunjukkanposisinya sebagai negara yang serius mengembangkan industri bernilai tambah tinggi. Pemerintah juga secara aktif membangun ekosistem pendukung, termasuk melaluipenguatan kebijakan fiskal, pengembangan infrastruktur dasar, serta penyederhanaanproses perizinan untuk menarik investasi hilirisasi di berbagai wilayah.

Pemerintah menunjukkan komitmennya untuk menjadikan hilirisasi sebagai bagian dariagenda besar pembangunan ekonomi berkelanjutan. Melalui pendekatan yang terintegrasi dan berorientasi masa depan, Indonesia bukan hanya meningkatkan nilaitambah produk dalam negeri, tetapi juga memperkuat fondasi menuju kemandirianindustri dan ketahanan ekonomi nasional.

Selain itu, keberhasilan hilirisasi juga sangat bergantung pada pembangunan sumberdaya manusia (SDM) yang kompeten dan adaptif terhadap teknologi industri modern. Pemerintah terus mendorong peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan pelatihankerja, khususnya di wilayah yang menjadi pusat kegiatan industri hilir. 

Kolaborasi antara dunia pendidikan, pelaku industri, dan pemerintah daerah menjadistrategi kunci agar tenaga kerja lokal mampu mengisi kebutuhan sektor hilirisasi yang terus berkembang.

Tak kalah penting, penguatan riset dan inovasi domestik juga menjadi pilar utamadalam mendukung keberlanjutan hilirisasi. Lembaga riset nasional dan perguruan tinggididorong untuk aktif mengembangkan teknologi pengolahan yang sesuai dengankarakteristik sumber daya alam Indonesia. Dengan begitu, Indonesia tidak hanyamenjadi tempat ekstraksi bahan baku, tetapi juga pusat inovasi teknologi yang relevandan aplikatif.

*) Analis Ekonomi Makro – Lembaga Riset Ekonomi Nusantara

[edRW]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *